Playing Victim Adalah Kondisi Kejiawaan Yang Berbahaya! Kenali, Pahami, Hadapi, dan Hindari Kondisi Tersebut

menghadapi perilaku playing victim
Sumber: Pexels

Pernahkah kamu menghadapi seorang teman yang selalu menjadi korban dalam setiap curhatannya? Atau seorang kerabat yang terlampau sering menyalahkan orang lain ketika ada kejadian tidak menyenangkan yang menimpanya? Jika kamu pernah berhadapan dengan seseorang yang memiliki perilaku seperti itu, bisa jadi mereka memiliki mentalitas korban atau yang lebih populer dengan sebutan playing victim.

Apa itu Playing Victim?

Seseorang yang punya perilaku playing victim sangat yakin bahwa semua serba-serbi kesialan dalam hidupnya adalah karena orang lain, dia selalu punya alasan untuk menyalahkan orang lain dan untuk menghindar dari tanggung jawab. Menghadapi seseorang yang percaya bahwa dirinya adalah ‘korban abadi’ dalam hidup dapat menjadi sangat melelahkan karena melibatkan banyak energi negatif dan perilaku manipulatif. Pada artikel ini, kamu bisa mengetahui lebih dalam tentang perilaku playing victim juga cara menghadapinya dan melindungi diri sendiri. Tapi, “tak kenal, maka tak sayang”, dimulai dengan pengenalan dulu, ya!

Kenali 8 Perilaku Playing Victim

1. Pesimis menghadapi berbagai hal, termasuk dirinya sendiri.

Dia akan lebih fokus melihat sisi yang negatif tentang berbagai hal daripada sisi positifnya, termasuk kepada dirinya sendiri. Sering merasa tidak pantas, tidak berdaya, yang juga diiringi dengan persepsi diri yang negatif dan menyedihkan.

2. Menganggap semua masalah adalah bala petaka yang tidak bisa dikendalikan.

Hidup memang tidak akan lepas dari masalah, namun bukan berarti kita sebagai manusia tidak memiliki sedikitpun andil dalam masalah tersebut. Sayangnya, orang dengan perilaku playing victim tidak berpikir demikian.

3. Merasa tersakiti jika ada seseorang yang memberi saran atau pendapat.

Karena sudah memposisikan diri sebagai korban sejak awal, dia akan merasa tersudut jika orang lain memberi saran atau pendapat yang tidak sejalan dengan apa yang dia rasakan dan inginkan. Menurut dia, yang bermasalah dan sepatutnya diberikan saran atau pendapat adalah orang lain dan bukan dirinya.

4. Selalu merasa hidup ini tidak pernah berpihak kepada dirinya.

Seperti bumi yang berganti siang menuju malam, hidup tidak selalu menempatkan kita di posisi yang menguntungkan juga tidak selalu merugikan. Namun, seseorang yang memiliki mentalitas korban akan merasa apapun yang dia lakukan tidak akan bermakna atau dapat mengubah apapun dalam hidupnya.

tanda playing victim
Sumber: Pexels

Baca juga: 5 Tempat Konseling dan Terapi Terbaik di Jakarta

5. Selalu menjadi pihak yang dirugikan dan tidak berdaya di semua peristiwa.

Saat dia menceritakan pengalamannya atau apa yang sedang ia alami, ia akan mengklaim bahwa dirinyalah yang mengalami kerugian paling besar di antara pihak-pihak lain yang terlibat. Dia juga akan mengklaim bahwa dia tidak punya kuasa atas apapun yang terjadi.

6. Semua adalah kesalahan orang lain dan bukan tanggung jawabnya.

Selain secara mandiri menobatkan diri sebagai korban, dia melihat semua perkara dan bencana yang terjadi dalam hidupnya adalah kesalahan orang lain dan tidak melibatkan tanggung jawab dirinya sendiri barang sedikitpun. You know it takes two to tango, right?

7. Terhanyut dalam perasaan tersakiti dan tidak mencari penyelesaian.

Mentalitas korban membuat seseorang tenggelam dalam perasaan sedih dan tersakiti tanpa ada keyakinan dan keinginan bahwa penyelesaian masalah adalah sangat mungkin untuk dilakukan. Daripada mencoba mencari jalan keluar, dia akan memilih untuk bersedih dan bersedih lagi sampai ada masalah baru untuk disedihkan.

8. Dendam kepada orang lain yang terlihat bahagia dan sukses.

Perasaan bahwa dirinya tidak pantas dapat menimbulkan rasa iri kepada orang lain yang terlihat pantas, dan rasa iri tersebut dapat berkembang menjadi rasa dendam. Jika ada kesempatan, dia mungkin akan mengeksploitasi kesalahan orang lain dan merusak nama baik orang tersebut. Walau yang dilakukannya salah, dia tidak akan terima jika disalahkan.

Pahami 4 Penyebab Perilaku Playing Victim

1. Mengalami penganiayaan atau trauma masa lalu. 

Perilaku playing victim bisa muncul karena seseorang pernah menjadi korban penganiayaan atau mengalami peristiwa traumatis yang melibatkan dan berpengaruh pada fisik, mental, seksual, hingga finansial. Masalah yang dialami bisa jadi bertubi-tubi dan selama itu dia tidak mendapatkan bantuan, sehingga menjadi ‘korban’ adalah caranya untuk menghadapi permasalahan.

2. Pernah dikhianati orang kepercayaan.

Penyebab lain dari perilaku playing victim adalah seseorang pernah dikhianati oleh orang yang sangat dipercayainya dan mengarah pada berkembangnya trust issue dalam diri orang tersebut. Dia belum dapat sepenuhnya merelakan apa yang terjadi serta menerima perasaannya sendiri, sehingga menjadi curiga kepada apapun atau siapapun yang ia hadapi saat ini.

trauma sebagai salah satu penyebab
Sumber: Pexels

3. Ketergantungan kepada orang lain.

Memiliki ketergantungan berlebih secara psikologis kepada orang lain dapat menyebabkan seseorang memiliki perilaku playing victim. Dia mungkin sudah mengorbankan banyak hal dalam hidupnya untuk orang lain tanpa memikirkan dirinya sendiri. Ketika dia merasa tidak mendapat balasan yang setimpal dan tidak mendapat pengorbanan yang sama besarnya untuk memenuhi kebutuhannya, dia akan merasa kesal dan sangat kecewa tanpa menyadari perannya sendiri dalam situasi tersebut.

4. Perilaku manipulatif.

Perilaku ini bisa jadi mengarah ke gangguan kepribadian narsistik atau sedang berjuang melawan depresi. Namun bisa juga disebabkan oleh pengalaman manipulasi terus-menerus oleh seseorang dalam hidupnya. Dia sering atau bahkan menjadi terbiasa dicari celahnya sehingga dia juga pandai mencari celah negatif dalam segala hal. Bisa juga karena kebiasaan pola asuh yang dibiarkan sejak kecil. Ketika menjadi korban, dia selalu mendapatkan apa yang dia mau dan terus dilakukan hingga dewasa.

trauma sebagai salah satu penyebab
Sumber: Pexels

8 Cara Menghadapi Perilaku Playing Victim

1. Cari tahu dan pertimbangkan dari mana kemungkinan perilaku playing victim tersebut berakar.

Mungkinkah perilaku tersebut sudah ada dalam dirinya sejak dulu? Apakah ada orang terdekatnya yang pernah memanipulasinya untuk jangka waktu yang lama? Apakah dia sedang berjuang melawan depresi dan rasa percaya diri yang rendah? Pertimbangan atas faktor-faktor penyebab tersebut perlu dilakukan untuk dapat memahami dan kemudian mencari pendekatan yang tepat untuk menghadapi dan membantu orang yang playing victim. Setiap orang mungkin saja memiliki penyebab yang berbeda-beda.

2. Cari tahu tentang peristiwa yang terjadi hingga ke detail-detailnya sebelum menyampaikan sesuatu.

Jika kamu ingin membicarakan peristiwa yang dipermasalahkan, selidiki dulu peristiwa tersebut dengan baik agar kamu mengetahui mana yang sebenarnya terjadi dan mana yang tidak. Orang dengan mentalitas korban dapat bersikap manipulatif sehingga kamu menjadi bias dalam menanggapi persoalan yang ada.

menghadapi perilaku playing victim
Sumber: Pexels

Baca juga: Layanan Psikolog Berbahasa Inggris Terbaik di Jakarta

3. Komunikasikan perilaku yang kamu anggap mengganggu tanpa membuat dia merasa disudutkan.

Ketika menghadapi seseorang dengan perilaku playing victim, cobalah untuk menyebutkan dan menjelaskan bagian spesifik mana dari perilakunya yang kamu anggap destruktif atau mengganggu. Komunikasikan dengan baik dan jangan terbawa emosi, kesabaran yang tinggi adalah kunci.

4. Berikan penyelesaian masalah yang paling mudah untuk dilakukan.

Emosi negatif yang berlebihan dapat membuat seseorang tidak mampu untuk berpikir secara logis dan masuk akal. Cobalah memberikan solusi yang paling praktis dan tidak membutuhkan banyak tenaga untuk dilakukan. Mungkin solusi yang kamu berikan tidak akan terlalu digubris, namun setidaknya dia tahu bahwa kamu peduli padanya dan ingin membantunya mencapai keadaan yang lebih baik.

5. Alihkan pembicaraan ke hal-hal positif yang menyertai dirinya. 

Terlarut dalam perbincangan yang negatif dapat memelihara perasaan destruktif dalam dirinya dan kamu sebagai pendengar. Cobalah untuk mengalihkan pembicaraan ke hal-hal yang lebih menggembirakan, seperti bakatnya dalam memasak atau pencapaiannya di tempat kerja. Buatlah dia ingat bahwa dirinya memiliki momen yang bahagia dan hidupnya tidak melulu menyedihkan.

6. Tidak perlu menunjukkan rasa simpati yang berlebihan. 

Kamu tidak perlu membela dia terus-menerus hanya karena dia orang terdekatmu. Jika apa yang dia perbuat adalah hal yang salah atau tidak baik, justru kedekatan itulah yang memberimu hak istimewa untuk dapat memberitahunya tentang perbuatannya. Jangan menjustifikasi perbuatan buruknya hanya karena kamu sayang padanya, itu akan menjadi pola kebiasaan yang buruk dan bisa menjadi bumerang buatmu.

menghadapi perilaku playing victim
Sumber: Pexels

7. Buatlah percakapan sebagai dialog dua arah.

Jika dia merasa sedang diposisikan sebagai tersangka atau pihak yang bersalah, dia akan merasa diserang dan masalah tidak kunjung selesai. Bisa jadi kamu dijadikan kambing hitam selanjutnya karena dianggap tidak berpihak kepadanya. Komunikasikanlah secara terbuka agar dia juga merasa didengarkan oleh kamu.

8. Jaga jarak bila perlu.

Jika segala cara sudah dilakukan dan kesabaranmu mulai menipis, tidak apa-apa untuk menjaga jarak demi kebahagiaan dan kesehatan mentalmu sendiri. Perilaku playing victim dapat menguras energi positif pihak-pihak yang terlibat walaupun hanya sebagai pendengar cerita. Selalu ingat untuk menjaga dirimu sendiri terlebih dahulu sebelum orang lain, Flokqers!

Hindari Menjadi Seseorang yang Playing Victim

konseling dengan psikolog
Sumber: Pexels

Jika kamu merasa memiliki perilaku-perilaku yang disebutkan di atas atau pernah mengalami penganiayaan atau pelecehan yang menyebabkan trauma, segera temui psikolog untuk membantu kamu memahami keadaan kamu dengan lebih baik.

Psikolog dapat membantu kamu mengidentifikasi penyebab adanya mentalitas korban, mengidentifikasi gangguan-gangguan lain yang mungkin tidak kamu sadari, juga  mengidentifikasi tujuan dan kebutuhan personalmu dan membantumu mencapainya.

Baca juga: Konseling Psikolog Online di Indonesia


Nah, sekarang sudah kenal kan dengan perilaku playing victim? Tapi jangan sampai sayang,  ya! Playing victim menandakan ada yang belum terselesaikan dengan baik dalam hidup seseorang dan bisa jadi memerlukan bantuan psikolog profesional. Ingatlah bahwa setiap orang dapat dan berhak memegang kendali atas hidupnya serta menentukan kebahagiaannya sendiri, termasuk kamu, Flokqers!

Hello Flokq

Flokq helps people find a great place to live. Explore how you can live your life to the fullest in your city with Flokq!

Related Posts

5 Apartemen dengan Lapangan Bola: Cocok untuk Penggemar Sepak Bola

5 Apartemen dengan Lapangan Bola: Cocok untuk Penggemar Sepak Bola

8 Rekomendasi Menu Burger King Terbaik, Enak dan Harganya Sepadan!

8 Rekomendasi Menu Burger King Terbaik, Enak dan Harganya Sepadan!

10 Tempat Makan dan Hangout Dekat Apartemen Sudirman Park

10 Tempat Makan dan Hangout Dekat Apartemen Sudirman Park

15 Daftar Toko Furnitur di Bali dengan Plihan Perabot Terbaik

15 Daftar Toko Furnitur di Bali dengan Plihan Perabot Terbaik

No Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *